islam merupakan agama yang mengagunkan ilmu pengetahuan. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan
sangat signifikan. Hal ini tampak pada syarat keislaman seseorang
bahwasanya ia harus menggunakan otaknya untuk berfikir dan menerima
wahyu/ ajaran Islam. Ya, Islam sangat memuliakan ilmu pengetahuan bahkan
wahyu yang pertamakali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah keharusan membaca yaitu melihat, meneliti huruf dan alam.
Dalam surah al-‘Alaq ayat 1-5 disebutkan:
اقرأ باسم ربك الذى خلق (1) خلق الإنسان من علق (2) اقرأ وربك الأكرام (3) الذى علم باالقلم (4) علم الإنسان ما لم يعلم
Artinya: “bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (3) yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [Maksudnya: Allah mengajar
manusia dengan perantaraan tulis baca] (4) Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya(5)”
Perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan tersebut sangat jelas bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Islam sangat melarang taqlidu-l a’ma namun mewajibkan ummatnya untuk al-ittiba’. Taqlidu-l a’ma dan al-ittiba’ memiliki arti yang berbeda. Taqlidu-l a’ma
berarti hanya mengikuti orang-orang sebelumnya, mengikuti apa yang
dikerjakan orang yang lebih tua tanpa tahu ilmunya dan mengerti
dasarnya, sebaliknya al-ittiba’ adalah
mengikuti orang-orang terdahulu namun dengan disertai ilmu pengetahuan
tentangnya, bukan hanya mengekor tapi tahu apa, mengapa, bagaimana dan
untuk apa syariat/ ajaran yang diterimanya.
Ilmu yang diperintahkan dalam Islam bersifat mutlak. Keutamaan ilmu bertingkat-tingkat sesuai dengan obyek dan bidang bahasannya. Dan ilmu yang paling utama adalah ilmu
agama, dengannya manusia dapat mengenal dirinya dan Tuhannya,
menyingkap jalan hidupnya, dan mengetahui hak dan kewajibannya.
Setelah
itu baru ilmu yang dapat mengungkap hakikat yang menuntun manusia
menuju kebenaran, mendekatkan mereka kepada kebaikan, mewujudkan
kemaslahatan bagi mereka, atau menghindarkan mereka dari bahaya.
Asas-asas pengetahuan ada lima yaitu : guru, murid, ilmu, metode, sarana dan prasarana (QS al-‘Alaq : 1-5).
jadi seseorang yang beriman dan berilmu dapat memperoleh kedudukan yang tinggi. Ilmu yang diperintahkan dalam Islam bersifat mutlak karena pada hakikatnya ilmulah yang menuntun manusia
menuju kebenaran, mendekatkan mereka kepada kebaikan, mewujudkan
kemaslahatan bagi mereka, atau menghindarkan mereka dari bahaya, maka semakin tinggi ilmu yang dimiliki seseorang maka seharusnya semakin tinggi pula tingkat keimanannya kepada Allah SWT.
sumber:
http://hidayatullah.or.id/in/sistematika-wahyu-dokumen-online-88/45-prinsip-aqidah/46-ilmu-dalam-perspektif-islam-al-ilmu-fi-miizanil-islam.html
Faldiaz Anggayana (0901055066)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar