Sabtu, 17 November 2012

^ EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM ^


“ Evaluasi Pendidikan Islam “



1.    Pengertian Evaluasi
Secara etimologi evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti menilai. Kata evaluasi menurut Edwin Wand dan Berald W. Broen mengatakan bahwa evaluasi adalah “The act or process to determining the value of something”. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan dapat diartikan dengan totalitas tindakan atau proses yang dilakukan untuk menilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum, baik mengenai perencanaan, pengelolaan proses dan tindak lanjut pendidikan/menyangkut perorangan, kelompok atau kelembagaan. Dari uraian diatas yang dimaksud evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam untuk melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.

2.    Dasar Teori Evaluasi Pendidikan Islam
Al-Qur’an sebagai dasar segala disiplin ilmu termasuk ilmu pendidikan Islam, secara implisit sebenarnya telah memberikan deskripsi tentang evaluasi pendidikan dalam Islam. Hal ini bisa ditemukan dari berbagai sistem evaluasi yang ditetapkan Allah diantaranya :
a.      Evaluasi untuk mengoreksi balasan amal manusia sebagaimana tersirat dalam QS. Al-Zalzalah : 7-8 yang artinya : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar atom pun niscaya akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar atom pun niscaya akan melihat balasannya”.
b.      Nabi Sulaiman As pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung. Hud-hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita cantik yang dikisahkan dalam surat An Naml : 27 yang artinya : “Sulaiman berkata : akan kami cermati (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”
c.      Sebagai contoh ujian (tes) yang berat kepada nabi Ibrahim As, Allah memerintahkan kepadanya untuk menyembelih Ismail. Tujuannya untuk mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan serta ketaatannya kepada Allah seperti yang disebutkan dalam surat Al-Shaffat : 103 – 107, yang artinya : “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan kami panggilah dia : “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.

3. Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
Dalam pelaksanaannya, evaluasi berpegang pada 3 prinsip dasar, yaitu :
a.      Prinsip berkelanjutan
Prinsip ini dimaksudkan bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan sekali dalam satu jenjang pendidikan. Akan tetapi harus dilakukan setiap saat dan setiap waktu . Jadi dengan evaluasi secara kontinu maka perkembangan anak didik dapat terkontrol dengan baik.
b.      Prinsip universal
Maksud dari prinsip ini adalah evaluasi hendaknya dilakukan untuk semua aspek sasaran pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
c.      Prinsip keikhlasan
Dalam segala hal, keikhlasan pendidik harus tercermin di segala aktivitasnya dalam mendidik. Termasuk juga dalam mengevaluasi pendidikan. Pendidik yang ikhlas dalam mengevaluasi akan terlihat dari sikapnya yang transparan dan obyektif. Pendidik tidak hanya mampu menunjukkan kesalahan-kesalahan siswa tetapi juga menunjukkan jalan keluarnya, sehingga siswa tidak merasa dipersulit oleh guru.

4.    Fungsi Evaluasi Pendidikan
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Ia adalah salah satu alat untuk menentukan apakah suatu pembelajaran telah berhasil atau tidak. Evaluasi sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan, mempunyai beberapa fungsi yaitu :
*         Fungsi pronastotik yaitu tes awal proses pembelajaran untuk mengetahui kondisi obyektif dari siswa. Misalnya apakah dia termasuk pemula ataukah siswa tersebut sudah pantas menerima kelanjutan materi tersebut dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.
*         Fungsi diagnostik yaitu evaluasi yang menganalisis kemampuan siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran fokusnya adalah membantu mereka bagaimana supaya mampu memiliki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Jadi dalam hal ini seorang guru bisa mempertahankan metode yang digunakan atau segera menggantinya dengan bentuk tes yang lain.
*         Fungsi sebagai penempatan, Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat-bakat sendiri-sendiri. Oleh karena itu pelajaran akan lebih efektif jika disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi pendidikan yang bersifat individual terkadang sulit sekali dilaksanakan, dikarenakan keterbatasan sarana dan tenaga.
*         Fungsi sertifikasi, Evaluasi ini berguna untuk menyatakan kedudukan siswa dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan diakhir sebuah periode pembelajaran seperti diakhir semester program, paket atau tingkat.

5.    Tujuan Evaluasi
Ada beberapa tujuan dilakukannya evaluasi diantaranya, yaitu :
a.      Bagi seorang guru evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk mengetahui kelebihan dalam cara belajar mengajar untuk dipertahankan, dan kelemahan-kelemahannya diperbaiki. Selain itu juga berguna untuk menentukan kelulusan murid dalam jenjang tertentu.
b.      Bagi seorang murid biasanya evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan belajar, untuk memperbaiki cara belajar, menumbuhkan motivasi belajar.

Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui segi-segi yang mendukung dan menghambat jalannya proses kependidikan menuju tujuan. Segi-segi yang mendukung dikembangkan dan segi-segi yang menghambat diperbaiki atau diganti.

6.    Teknik Evaluasi Pendidikan Islam
a.    Teknik evaluasi pada masa pertumbuhan Islam (Rasulullah dan sahabat)
Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan kegiatan dakwah dan pengajaran sering mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar para sahabatnya, dengan sistem pertanyaan atau tanya jawab serta musyawarah. Tujuannya adalah untuk mengetahui mana diantara sahabat beliau yang cerdas, patuh, dan saleh atau mana yang kreatif dan aktif-responsif terhadap penyelesaian problem-problem yang dihadapi bersama nabi saw. pada suatu keadaan mendesak. Pada masa khulafaur rasyidin dan umayah dikenal adanya tingkatan-tingkatan pengajaran. Tingkat I adalah al-kuttab yaitu tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al-Qur’an serta pokok-pokok agama Islam. Tahap berikutnya mereka meneruskan kemasjid. Adapun yang diajarkan adalah Al-Qur’an dan tafsirnya, hadis, serta fiqih. Tujuan pendidikan masa Nabi, khulafaur rasyidin dan Bani Umasyah hanya terfokus pada keagamaan. Sehingga yang menjadi obyek evaluasi adalah aspek kognitif dan afektif. Dan bentuk evaluasinya berupa pengujian hafalan dan sistem tanya jawab berupa lisan.
b.    Teknik evaluasi pada masa perkembagnan dan kemajuan Islam (sesudah sahabat sampai sekarang)
Sebelum membahas tentang gambaran mengenai tehnik-tehnik evaluasi pendidikan Islam, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang beberapa jenis penilaian.
Beberapa jenis penilaian yaitu :
1)      Penilaian formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui hingga sejauh mana penguasaan murid tentang bahan pendidikan agama yang diajarkan dalam satu program satuan pelajaran, serta sesuai tidaknya dengan tujuan.
2)      Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar murid yang telah mengikuti pelajaran dalam satu catur wulan, semester atau akhir tahun. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf hasil belajar murid selama satu cawu atau semester pada suatu unit pendidikan tertentu.
3)      Penilaian penempatan adalah penilaian tentang pribadi anak untuk kepentingan penempatan didalam situasi belajar mengajar yang sesuai dengan anak didik tersebut. Hal ini bertujuan untuk menempatkan anak didik pada tempat yang sebenarnya, sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
4)      Penilaian diagnostik adalah penilaian terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan anak didik baik berupa kesulitan/hambatan dalam situasi belajar mengajar, maupun untuk mengatasi hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Teknik evaluasi pendidikan digunakan dalam rangka penilaian dalam belajar, maupun dalam kepentingan perbaikan situasi, proses serta kegiatan belajar mengajar.

Adapun teknik penilaian itu ada 2, yaitu :
1)    Teknik tes yaitu penilaian yang menggunakan tes yang telah ditentukan terlebih dahulu. Metode ini bertujuan untuk mengukur dan memberikan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh murid meliputi : kesanggupan mental, penguasaan hasil belajar, ketrampilan, koordinasi, motorik dan bakat baik individu/kelompok.
2)    Teknik non tes adalah penilaian yang tidak menggunakan soal-soal tes. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan kiat belajar atau pendidikan. Obyek penilaian non tes ini meliputi : perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, keadaan tingkah laku, riwayat hidup, baik bersifat individu/kelompok.
Dalam evaluasi pendidikan agama, penguraiannya dibatasi hanya tentang teknik tes saja khususnya tes penguasaan hasil belajar yang dipergunakan untuk menilaia hasil-hasil belajar murid setelah diajar oleh guru, baik berupa penguasaan bahan, perkembangan kecerdasan, perkembangan ketrampilan dan perubahan sikap.

_KESIMPULAN_
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam untuk melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang sesuai dengan nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.
2. Dasar teori evaluasi pendidikan Islam adalah Al-Qur’an.
3. Prinsip evaluasi pendidikan Islam adalah prinsip berkelanjutan, prinsip universal, prinsip keikhlasan.
4. Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar mengajar guna meningkatkan pendidikan.
5. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui segi-segi yang mendukung dan yang menghambat jalannya proses pendidikan menuju tujuan. Segi-segi yang mendukung dikembangkan dan yang menghambat diperbaiki.
6. Teknik evaluasi pendidikan Islam ada dua yaitu teknik tes dan teknik non tes.


_DAFTAR PUSTAKA_
*         Ramayulis. H. Prof. DR, 2008.Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
*         Anas Sudio, 2005.Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Grpindo Persada,
*         Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam.Bandung: Pustaka Setia.

( “ Dibuat Oleh Lisda Agustia_0901055117_ dan Mushaffaini_0901055131 “ )

Rabu, 07 November 2012

Metode Pendidikan Islam


Metode Pendidikan Islam

A.   Pengertian Metode Pendidikan Islam
Pengertian Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Menurut DR.  Ahmad Husain al-liqaniy, metode adalah : “Langkah–langkah yang diambil guru guna membantu para murid merealisaikan tujuan tertentu”. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Thariqoh yang berarti langkah – langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan Pendidikan maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[1]

B.    Dasar–dasar Umum metode Pendidikan Islam
Metode Pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut permaslahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan islam, sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar–dasar metode pendidikan tersebbut. Dalam hal ini tidak bisa terlepas dari dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
1.       Dasar Agama
Al-Qur’an dan hadits tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan metode pendidikan Islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka dengan sendirinya, metode pendidikan islam harus merujuk pada kedua sumber ajaran tersebut, sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode pendidikan islam tidak menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri. Misalnya dalam mata pelajaran olahraga, maka seorang pendidik harus mampu menggunakan metode yang didalamnya terkandung ajaran Al–Qur’an dan Al–Hadits, seperti masalah pakaian yang islami dan lain–lain praktek olahraga.

2.       Dasar Biologis
Dalam memberikan pendididkan dalam pendidikan islam, seseorang pendidik harus memperhatikan perkemangan biologis anak didik. Perkembangan kondisi jasmani (bologis) seseorang juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya. Sesseorang yang menderita cacat jasmani akan mempunyai melemahan dan kelebihan yang mungkin tidak dimiliki orang lain normal, misalnya seseorang yang mempunyai penyakit pada matanya (rabun jauh), maka ia cenderung duduk dibangku barisan depan (walaupun tidak selamanya yang duduk didepan itu menderita penyakit pada matanya), karena dia duduk didepan, maka dia tidak dapat bermain-main pada waktu guru memberikan keterangan materi pelajaran. Sehingga ia memperhatikan seluruh uraian guru. Karena hal ini berlangsung terus-menerus, maka dia akan mempunyai pengetahuan lebih dibanding dengan temannya yang lain, apalagi ia termotivasi dengan kelainan mata tersebut.
Berdasarkan hal, ini maka dapat dikatakan bahwa perkembangan jasmani dan kondisi jasmani itu sendiri, memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seseorang pendidik harus bijaksana dan memperhatikan kondisi biologis peserta didik.

3.      Dasar psikologis
Metode pendidikan baru dapat diterapkan secara efektif, bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologi peserta didik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik disamping memperhatikan kondisi jasmani peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, yang kedua-duanya merupakan satu kesauan yang tak dapat dipisah-pisahkan.
Kondisi psikologis yang menjadi dasar dalam metode pendidikan Islam berupa sejumlah kekuatan psikologi peserta didik termasuk motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan kecakapan akal (intelektualnya) sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang ada pada peserta didik.

4.      Dasar Sosiologis
Interaksi yang terjadi antara sesama siswa dan interaksi antara guru dan siswa, merupakan interaksi timbal balik yang kedua belah pihak akan saling memberikan dampak positif pada keduanya. Dalam kenyataan secara sosiologis seorang individu dapat memberikan pengaruh pada lingkungan sosial masyarakatnya dan begitu pula sebaiknya. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dalam berinteraksi dengan siswanya hendaklah memberikan tauladan dalam proses sosialisasi dengan pihak lainnya, seperti dikala berhubungan dengan siswa, sesama guru, karyawan, dan kepala sekolah.
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan metode pendidikan Islam harus dijalankan atas dasar agama, biologis, psikologis, dan sosiologis. Dengan keempat dasar tersebut metode pendidikan akan mampu melaksanakan perannya sebagai jembatan menuju tercapainya tujuan pendidikan Islam.[2]

C.   Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam harus diguankan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan tersebut sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. oleh karena itu, seorang pendidik perlumemperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga para pendidik mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Prinsip Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai yang terdapat dalm ilmu pengetahuan dan ketreampilan tersebut sehingga metode yang digunakan haruslah mampu membuat peserta didik untuk merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan itu. Inilah barangkali yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Pendidik tidak harus menggunakan metode yang muluk-muluk sementara materi yang disampaikan tidak mampu diserap oleh peserta didik. Bagaimana peserta didik akan mengaktualisasikan nilai-nilai materi tersebut, sementara materinya itu sendiri belum dapat dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.[3] 
2.      Berkesinambungan
Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus, sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberikan materi. Jangan hanya karena mengejar target kurikulum seorang pendidik menggunakan metode yang efektif yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada peserta didik karena peserta didik merasa dibohongi oleh pedidik.  
3.      Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis, sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya monoton dan zaklik dengan satu macam metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu. Dan prinsip kedinamisan ini berkaitan erat dengan prinsip berkesinambungan, karena dalam kesinambungan tersebut metode pendidikan Islam akan selalu dinamis bila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

D.    Metode Pendidikan Menurut Pakar Pendidikan Islam
Para ahli didik Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam diantaranya :
1.      Al-Ghazali
Seyogyanya agama diberikan kepada anak sejak usia anak, sewaktu ia menerimanya dengan hafalan di luar kepala. Ketika ia menginjak dewasa sedikit demi sedikit makna agama akan tersingkap baginya. Jadi, prosesnya dimulai dengan hafalan diteruskan dengan pemahaman. Demikianlah keimanan tumbuh pada anak tanpa dalil terlebih dahulu.
2.      Abdullah Nashih Ulwan
Dalam pendidikan di rumah tangga menguraikan 4 macam metode :
a.       Menyuruh anak-anak semenjak awal membaca lailaha illallah
b.       Memperkenalkan sejak awal tentang pemikiran hukum halal dan haram
c.        Menyuruh anak beribadah semenjak umur 7 tahun
d.       Mendidik anak cinta kepada Rasul dan ahlul baitnya serta cinta dan gemar membaca al-Qur’an .
3.      Abdul Rahman Al-Nahlawi
Al Nahlawi mengemukakannya pula metode Qur’an dan hadits yang dapat menyentuh perasaan yaitu :
a.       Metode hiwar (percakapan)
b.       Mendidik dengan kisah-kisah qur’ani dan nabawi
c.        Mendidik dengan antsal qur’ani dan nabawi
d.       Mendidik dengan memberi teladan (ushwatun hasanah)
e.        Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman
f.         Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauziah (peringatan)
g.       Mendidik dengan membuat senang (targhib) dan memberi takut (tarhib)
4.      Abdurrahman Saleh Abdllah
Mengemukakan beberapa metode pendidikan dan peranannya yaitu :
a.       Metode cerita dan ceramah
Tujuannya adalah untuk memberi dorongan psikologis kepada peserta didik.  
b.    Metode diskusi, tanya jawab atau dialog
Tujuannya metode ini akan membawa kepada penarikan deduksi.  Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu prinsip umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
c.       Metode perumpamaan
Tujuannya dapat memperjelas tentang konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit kepada peserta didik.

d.      Metode hukuman
Tujuannya agar peserta didik dapat memahaminya sebagai tanda penerimaan kepribadiannya yang membuat merasa aman. Sementara hukuman yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak disukainya akan dapat menguatkan rasa aman tersebut.
Dari kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa metode mengajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas dilaksanakan sejak dini, bertahap, berkesinambungan dan tuntas, serta dengan cara bijaksana, penuh kasih saying, teladan yang baik, yang sesuai dengan perkembangan anak yang dapat membangkitkan minat dan dengan cara yang praktis.[4]

E.     Cara Mengaplikasikan Metode Pendidikan Islam dalam Proses Pendidikan
Dalam mengaplikasikan beberapa metode pendidikan Islam dalam suatu proses pendidikan Hadari Nawari menawarkan beberapa cara, yaitu :
1.      Melalui Keteladanan
Rasulullah saw adalah panutan terbaik bagi umatnya, pada diri beliau senantiasa ditemukan tauladan yang baik serta kepribadian mulia. Sifat-sifat yang ada pada beliau adalah shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Pribadi seperti yang diteladankan Rasulullah saw itulah seyogyanya dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pendidik karena Rasulullah saw adalah manusia pilihan yang dimuliakan Allah SWT.
Dalam proses pendidikan brearti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya. Dengan keteladanan itu dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontohkan segala sesuatu yang baik-baik dalam perkataan maupun perbuatan.

2.      Melalui kebiasaan
Fakor ini perlu diterapkan pada peserta didik sejak dini. Contoh sederhana misalnya membiasakan mengucapkan salam pada waktu masuk dan keluar rumah, membaca basmalah setiap memulai suatu pekerjaan dan mengucapkan hamdalah setelah menyelesaikan pekerjaan. Faktor pembiasaan ini hendaklah dilakukan secara kontinu dalam arti dilatih dengan tidak jemu-jemunya dan faktor ini pun harus dilakukan dengan menghilangkan kebiasaan buruk.
3.      Melalui cerita dan nasihat
Misalnya tentang cara menasehati anak yang terdapat di surat al-Luqman ayat 13 s.d 19, surat Al-Kahfi ayat 70-82 tentang pertemuan antara nabi Musa dan nabi Khidir yang menghasilkan tentang adab seorang murid, adab seorang guru, tentang materi pelajaran dan masih banyak lagi.
Dengan melalui metode ini yang mengandung nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sungguh sangat efektif untuk menciptakan suasana interaksi pendidikan. Cerita-cerita dan nasehat itu akan sangat besar pengaturnya pada perkembangan psikologis peserta didik bila disampaikan secara baik-baik dan sesuai situasi dan kondisi.

KESIMPULAN
1.      Pengertian Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
2.      Dasar-dasar umum metode pendidikan Islam
a.       Dasar agama
b.       Dasar biologis
c.         Dasar psikologis
d.       Dasar sosiologis
3.      Prinsip-prinsip metode pendidikan Islam
a.      Prinsip mempermudah
b.    Prinsip berkesinambungan
c.       Prinsip fleksibel dan dinamis

4.      Metode pendidikan menurut para pakar pendidikan Islam
a.       Al- Ghazali
b.      Abdullah Nashih Ulwan
c.     Abdurrahman Al Nahlawi
d.      Abdurrohman Saleh Abdullah
5.      Cara mengaplikasikan metode pendidikan Islam dalam proses pendidikan
a.       Melalui keteladanan
b.      Melalui kebiasaan
c.       Melalui cerita dan nasehat

Umi Patiah (0901055216)
Henny Dwi Mulyaningsih (0901055242)



[1] Prof. DR. H. Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta, Kalam Mulia. 2002), h. 149
[2] Ibid., h. 158-162.
[3] ibid., h. 162. Lihat juga Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 199-201.
[4] Ibid., h. 210-218.