Rabu, 07 November 2012

Metode Pendidikan Islam


Metode Pendidikan Islam

A.   Pengertian Metode Pendidikan Islam
Pengertian Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Menurut DR.  Ahmad Husain al-liqaniy, metode adalah : “Langkah–langkah yang diambil guru guna membantu para murid merealisaikan tujuan tertentu”. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Thariqoh yang berarti langkah – langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan Pendidikan maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[1]

B.    Dasar–dasar Umum metode Pendidikan Islam
Metode Pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut permaslahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan islam, sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar–dasar metode pendidikan tersebbut. Dalam hal ini tidak bisa terlepas dari dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
1.       Dasar Agama
Al-Qur’an dan hadits tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan metode pendidikan Islam. Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka dengan sendirinya, metode pendidikan islam harus merujuk pada kedua sumber ajaran tersebut, sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode pendidikan islam tidak menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri. Misalnya dalam mata pelajaran olahraga, maka seorang pendidik harus mampu menggunakan metode yang didalamnya terkandung ajaran Al–Qur’an dan Al–Hadits, seperti masalah pakaian yang islami dan lain–lain praktek olahraga.

2.       Dasar Biologis
Dalam memberikan pendididkan dalam pendidikan islam, seseorang pendidik harus memperhatikan perkemangan biologis anak didik. Perkembangan kondisi jasmani (bologis) seseorang juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya. Sesseorang yang menderita cacat jasmani akan mempunyai melemahan dan kelebihan yang mungkin tidak dimiliki orang lain normal, misalnya seseorang yang mempunyai penyakit pada matanya (rabun jauh), maka ia cenderung duduk dibangku barisan depan (walaupun tidak selamanya yang duduk didepan itu menderita penyakit pada matanya), karena dia duduk didepan, maka dia tidak dapat bermain-main pada waktu guru memberikan keterangan materi pelajaran. Sehingga ia memperhatikan seluruh uraian guru. Karena hal ini berlangsung terus-menerus, maka dia akan mempunyai pengetahuan lebih dibanding dengan temannya yang lain, apalagi ia termotivasi dengan kelainan mata tersebut.
Berdasarkan hal, ini maka dapat dikatakan bahwa perkembangan jasmani dan kondisi jasmani itu sendiri, memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seseorang pendidik harus bijaksana dan memperhatikan kondisi biologis peserta didik.

3.      Dasar psikologis
Metode pendidikan baru dapat diterapkan secara efektif, bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologi peserta didik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik disamping memperhatikan kondisi jasmani peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, yang kedua-duanya merupakan satu kesauan yang tak dapat dipisah-pisahkan.
Kondisi psikologis yang menjadi dasar dalam metode pendidikan Islam berupa sejumlah kekuatan psikologi peserta didik termasuk motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan kecakapan akal (intelektualnya) sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang ada pada peserta didik.

4.      Dasar Sosiologis
Interaksi yang terjadi antara sesama siswa dan interaksi antara guru dan siswa, merupakan interaksi timbal balik yang kedua belah pihak akan saling memberikan dampak positif pada keduanya. Dalam kenyataan secara sosiologis seorang individu dapat memberikan pengaruh pada lingkungan sosial masyarakatnya dan begitu pula sebaiknya. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dalam berinteraksi dengan siswanya hendaklah memberikan tauladan dalam proses sosialisasi dengan pihak lainnya, seperti dikala berhubungan dengan siswa, sesama guru, karyawan, dan kepala sekolah.
Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan metode pendidikan Islam harus dijalankan atas dasar agama, biologis, psikologis, dan sosiologis. Dengan keempat dasar tersebut metode pendidikan akan mampu melaksanakan perannya sebagai jembatan menuju tercapainya tujuan pendidikan Islam.[2]

C.   Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam harus diguankan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan tersebut sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. oleh karena itu, seorang pendidik perlumemperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga para pendidik mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Prinsip Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai yang terdapat dalm ilmu pengetahuan dan ketreampilan tersebut sehingga metode yang digunakan haruslah mampu membuat peserta didik untuk merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan itu. Inilah barangkali yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Pendidik tidak harus menggunakan metode yang muluk-muluk sementara materi yang disampaikan tidak mampu diserap oleh peserta didik. Bagaimana peserta didik akan mengaktualisasikan nilai-nilai materi tersebut, sementara materinya itu sendiri belum dapat dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.[3] 
2.      Berkesinambungan
Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus, sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberikan materi. Jangan hanya karena mengejar target kurikulum seorang pendidik menggunakan metode yang efektif yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada peserta didik karena peserta didik merasa dibohongi oleh pedidik.  
3.      Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis, sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya monoton dan zaklik dengan satu macam metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu. Dan prinsip kedinamisan ini berkaitan erat dengan prinsip berkesinambungan, karena dalam kesinambungan tersebut metode pendidikan Islam akan selalu dinamis bila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

D.    Metode Pendidikan Menurut Pakar Pendidikan Islam
Para ahli didik Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam diantaranya :
1.      Al-Ghazali
Seyogyanya agama diberikan kepada anak sejak usia anak, sewaktu ia menerimanya dengan hafalan di luar kepala. Ketika ia menginjak dewasa sedikit demi sedikit makna agama akan tersingkap baginya. Jadi, prosesnya dimulai dengan hafalan diteruskan dengan pemahaman. Demikianlah keimanan tumbuh pada anak tanpa dalil terlebih dahulu.
2.      Abdullah Nashih Ulwan
Dalam pendidikan di rumah tangga menguraikan 4 macam metode :
a.       Menyuruh anak-anak semenjak awal membaca lailaha illallah
b.       Memperkenalkan sejak awal tentang pemikiran hukum halal dan haram
c.        Menyuruh anak beribadah semenjak umur 7 tahun
d.       Mendidik anak cinta kepada Rasul dan ahlul baitnya serta cinta dan gemar membaca al-Qur’an .
3.      Abdul Rahman Al-Nahlawi
Al Nahlawi mengemukakannya pula metode Qur’an dan hadits yang dapat menyentuh perasaan yaitu :
a.       Metode hiwar (percakapan)
b.       Mendidik dengan kisah-kisah qur’ani dan nabawi
c.        Mendidik dengan antsal qur’ani dan nabawi
d.       Mendidik dengan memberi teladan (ushwatun hasanah)
e.        Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman
f.         Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauziah (peringatan)
g.       Mendidik dengan membuat senang (targhib) dan memberi takut (tarhib)
4.      Abdurrahman Saleh Abdllah
Mengemukakan beberapa metode pendidikan dan peranannya yaitu :
a.       Metode cerita dan ceramah
Tujuannya adalah untuk memberi dorongan psikologis kepada peserta didik.  
b.    Metode diskusi, tanya jawab atau dialog
Tujuannya metode ini akan membawa kepada penarikan deduksi.  Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu prinsip umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
c.       Metode perumpamaan
Tujuannya dapat memperjelas tentang konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit kepada peserta didik.

d.      Metode hukuman
Tujuannya agar peserta didik dapat memahaminya sebagai tanda penerimaan kepribadiannya yang membuat merasa aman. Sementara hukuman yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak disukainya akan dapat menguatkan rasa aman tersebut.
Dari kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa metode mengajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas dilaksanakan sejak dini, bertahap, berkesinambungan dan tuntas, serta dengan cara bijaksana, penuh kasih saying, teladan yang baik, yang sesuai dengan perkembangan anak yang dapat membangkitkan minat dan dengan cara yang praktis.[4]

E.     Cara Mengaplikasikan Metode Pendidikan Islam dalam Proses Pendidikan
Dalam mengaplikasikan beberapa metode pendidikan Islam dalam suatu proses pendidikan Hadari Nawari menawarkan beberapa cara, yaitu :
1.      Melalui Keteladanan
Rasulullah saw adalah panutan terbaik bagi umatnya, pada diri beliau senantiasa ditemukan tauladan yang baik serta kepribadian mulia. Sifat-sifat yang ada pada beliau adalah shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Pribadi seperti yang diteladankan Rasulullah saw itulah seyogyanya dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pendidik karena Rasulullah saw adalah manusia pilihan yang dimuliakan Allah SWT.
Dalam proses pendidikan brearti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya. Dengan keteladanan itu dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontohkan segala sesuatu yang baik-baik dalam perkataan maupun perbuatan.

2.      Melalui kebiasaan
Fakor ini perlu diterapkan pada peserta didik sejak dini. Contoh sederhana misalnya membiasakan mengucapkan salam pada waktu masuk dan keluar rumah, membaca basmalah setiap memulai suatu pekerjaan dan mengucapkan hamdalah setelah menyelesaikan pekerjaan. Faktor pembiasaan ini hendaklah dilakukan secara kontinu dalam arti dilatih dengan tidak jemu-jemunya dan faktor ini pun harus dilakukan dengan menghilangkan kebiasaan buruk.
3.      Melalui cerita dan nasihat
Misalnya tentang cara menasehati anak yang terdapat di surat al-Luqman ayat 13 s.d 19, surat Al-Kahfi ayat 70-82 tentang pertemuan antara nabi Musa dan nabi Khidir yang menghasilkan tentang adab seorang murid, adab seorang guru, tentang materi pelajaran dan masih banyak lagi.
Dengan melalui metode ini yang mengandung nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sungguh sangat efektif untuk menciptakan suasana interaksi pendidikan. Cerita-cerita dan nasehat itu akan sangat besar pengaturnya pada perkembangan psikologis peserta didik bila disampaikan secara baik-baik dan sesuai situasi dan kondisi.

KESIMPULAN
1.      Pengertian Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
2.      Dasar-dasar umum metode pendidikan Islam
a.       Dasar agama
b.       Dasar biologis
c.         Dasar psikologis
d.       Dasar sosiologis
3.      Prinsip-prinsip metode pendidikan Islam
a.      Prinsip mempermudah
b.    Prinsip berkesinambungan
c.       Prinsip fleksibel dan dinamis

4.      Metode pendidikan menurut para pakar pendidikan Islam
a.       Al- Ghazali
b.      Abdullah Nashih Ulwan
c.     Abdurrahman Al Nahlawi
d.      Abdurrohman Saleh Abdullah
5.      Cara mengaplikasikan metode pendidikan Islam dalam proses pendidikan
a.       Melalui keteladanan
b.      Melalui kebiasaan
c.       Melalui cerita dan nasehat

Umi Patiah (0901055216)
Henny Dwi Mulyaningsih (0901055242)



[1] Prof. DR. H. Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta, Kalam Mulia. 2002), h. 149
[2] Ibid., h. 158-162.
[3] ibid., h. 162. Lihat juga Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 199-201.
[4] Ibid., h. 210-218.

Senin, 05 November 2012

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM



Kurikulum berasala dari bahasa latin “Curriculum” dan terdapat pula dalam bahasa prancis “courir” artinya “to run” artinya berlari. Istilah ini digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harusc ditempuh untuk mencapai gelar atau ijazah. Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah.

Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata-kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didikanya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.

William B. Ragan, sebagai dikutip S. Nasution, berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan disekolah. S. Nasution menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya : pertama, kurikulum sebagai produk (sebagai hasil pengambangan kurikulum), kedua, sebagai program( alat yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan), ketiga , kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan keempat, kurikulum sebagai pengalaman siswa.


Suatu kurikulum kependidikan termasuk pendidikan Islam hendaknya mengandung beberapa unsure utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode penilaian.

Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani mengemukakan bahwa asaa-asas umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam itu adalah:

1.    Asas Agama

Seluruh system yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk system pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam meliputi Aqidah, Ibadah, Muamalat, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat.

2.    Asas Falsafah

Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan daras filosofis, sehingga suasana kurikulum pendidikan Islam mengadung suatu kebenaran terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.

3.    Asas Psikologis

Asas ini memeberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan memepertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan cirri-ciri perkembangan anak didik, tahapkematangan bakat, jasmani, intelektual, bahasa, emosi, dan sosial, kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan, perbedaan individual, dan lain sebagainya yang berhubungtan dengan aspek psikoligis.

4.    Asas Sosial

Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu kearah relisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan bakalterjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial harus mendapar tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini dimaksudkan agar out put yang dihasilkan pendidikan Islam adalah manusia yang mampu mengambil peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.

Berdasarkan pada asas-asas tersebut diatas, maka kurikulum pendidikan menurut An-Nahlawi harus pula memenuhi kriteria diantaranya sebagai berikut:
1.    Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani sehingga memiliki peluang untuk mensicukanya, dan menjaganya dari penyimpangan serta menyelamatkannya.
2.    Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan aspek psikis,fisik, sosial, budaya maupun intelektual.
3.    Pertahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik .

Secara umum karakteritik kurikulum pendidikan Islam adalah pencerminan Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dalam seluruh aktivitas dan kegiatan kependidikan dalam prakteknya. Konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.

Menurut Al- Syaebany, Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu adalah :
1.    Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.
2.    Memperluas perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
3.    Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pengajaran.
Analisa 

Setelah proses demi proses yang kian panjang maka dalam pendidikan Islam diperlukan adanya kurikulum, hakekat kurikulum dalam pendidikan Islam yang sebenarnya adalah eksistensi kurikulum sebagai parameter operasionalisasi proses belajar mengajar. Oleh karenanya kurikulum tidak mempunyai makna apabila tidak dilaksanakan dalam suatu institusi dan tidak ada imbal balik antara pendidik disuatu sisi dengan peserta didik di sisi lain.


 WINDA ASTRIYANI
0901055225

KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM


KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM


A.  PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, methode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya.

B.  KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pengertian Kurikulum Dalam Pendidikan Islam

Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.[1] Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.[2]
M. Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.[3]
S. Nasution menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya:Pertama, kurikulum sebagai produk (hasil pengembangan kurikulum), Kedua, kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan Ketiga, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.[4]
Pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.[5]
Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi manusia paripurna (insan kamil) yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.[6]

Ciri dan Dasar Kurikulum Pendidikan Islam

1.    Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
·       Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan di amalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama.
·       Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
·       Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pengajaran.[7]
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi siswa untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri dan lingkungan sekitarnya.
2.    Dasar-Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
Dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam antara lain adalah :
·       Dasar Agama
Kurikulum diharapkan dapat menolong siswa untuk membina iman yang kuat, teguh terhadap ajaran agama, beraklak mulia dan melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
·       Dasar Falsafah
Pendidikan Islam harus berdasarkan wahyu Tuhan dan tuntutan Nabi SAW serta warisan para ulama.
·       Dasar Psikologis
Kurikulum tersebut harus sejalan dengan ciri perkembangan siswa, tahap kematangan dan semua segi perkembangannya.
·       Dasar Sosial
Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap siswa, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan kemahiran mereka dalam membina umat dan bangsanya.[8]

Prinsip Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Tentang prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar penyusunan kurikulum pendidikan Islam, diantaranya:
a)    Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup murid, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, dan relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
b)   Prinsip efektifitas adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.
c)    Prinsip efisiensi adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai dan dapat memenuhi harapan.
d)   Prinsip kesinambungan adalah saling hubungan dan jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
e)    Prinsip fleksibilitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak yang meliputi fleksibilitas dalam memilih program pendidikan, mengembangkan program pengajaran, serta tahap-tahap pengembangan kurikulum.
f)    Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat.[9]
Pengembangan Kurikulum Dari Berbagai Aspek
a)    Aspek Materi
Diantara prinsip pengembangan kurikulum ada prinsip relevansi yang ahrus menjadi pertimbangan bagi penentuan suatu materi. Agar materi yang diberikan bermanfaat bagi kehidupan anak didik, hendaknya materi tersebut harus sesuai dengan tuntutan zaman, kesempurnaan jiwa anak didik tanpa melupakan esensi ajaran Islam itu sendiri.
b)   Aspek Tujuan
Dalam prinsip pengembangan kurikulum hal ini sangat berkaitan dengan prinsip efektifitas. Dengan semakin banyaknya tujuan yang harus dicapai, akan mendorong efektifitas proses yang akan dilaksanakan. Sebagai suatu rancangan, tentu ada rencana yang dapat tercapai. Dan sebaiknya tujuan yang akan dicapai harus jelas dan memang benar-benar sesuai dengan segala komponen yang berpengaruh terhadap pendidikan itu sendiri. Jangan sampai apa yang diajarkan dan proses pelaksanaannya sangat berbeda dengan tujuan yang diharapkan.
c)    Aspek Lembaga
Banyak orang beranggapan bahwa mengelola lembaga pendidikan agama tidak perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus. Karena out-put-nya kurang dapat diandalkan untuk berkompetensi dalam masyarakat jika dibanding out-put lembaga pendidikan lain. Secara administratif, lembaga pendidikan Islam yang benar-benar menerapkan manajemen pendidikan dengan baik sangat jarang sekali. Salah satu hal yang sangat berkaitan dengan lembaga pendidikan adalah lingkungan pendidikan yang menjadi salah satu sarana seorang anak dapat memperoleh pendidikan dengan baik.[10]

C.  KESIMPULAN
Dari tahun ke tahun kurikulum akan terus berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan pemikiran manusia. Namun bagaimana cara mengatasi perubahan tersebut, hal ini sangat tergantung kepada kecermatan pengembang kurikulum itu sendiri. Satu hal yang harus dan mesti diperhatikan adalah bagaimana lembaga pendidikan Islam dapat mengantisipasi masalah ini, tanpa melupakan esensi ajaran-ajaran agama Islam itu sendiri.



[1] Omar Mohammad Al-Toumy A-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Terj.Hassan Langgulung),   (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 478.
[2] Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.ke-3, 122.
[3] HM, Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 183.
[4] S.Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), Cet.I, 5-9.
[5] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), Cet. Ke-5, 152.
[6] Ibid.
[7] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I, 33.
[8] Ibid, 34-35.
[9] Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1983), 116-118.
[10] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam……35


FALDIAZ ANGGAYANA
0901055066