“ Pendidikan
Pada Masa Daulah Bani Umayyah Dan Abbasiyah “
Oleh Lisda
Agustia (0901055117) dan Mushaffaini
(0901055131)
v Pendidikan Islam Pada
Masa Daulah Bani Umayyah
Ø Sejarah Pendidikan
Islam Masa Bani Umayyah
Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya
sangat berkaitan erat dengan sejarah Islam. Periodesasi pendidikan Islam selalu
berada dalam periode sejarah Islam itu sendiri. Secara garis besarnya Harun
Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode. Yaitu periode Klasik,
Pertengahan dan Modern. Kemudian
perinciannya dapat dibagi lima periode, yaitu: Periode Nabi Muhammad SAW
(571-632 M), periode Khulafa ar Rasyidin (632-661 M), periode kekuasaan Daulah
Umayyah (661-750 M), periode kekuasaan Abbasiyah (750-1250 M) dan periode
jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250-sekarang).[1] Dalam makalah ini penulis mencoba untuk
menggambarkan tentang pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang
lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyyah dari Madinah ke Damaskus,
tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Muawwiyah Ibn Abi Sofyan adalah
pendiri Dinasti Umayyah yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Umayyah
yang merupakan khalifah pertama dari tahun 661-750 M, nama lengkapnya ialah
Muawwiyah bin Abi Harb bin Umayyah bin Abdi Syam bin Manaf.
Setelah Muawwiyah diangkat jadi khalifah
ia menukar sistem pemerintahan dari Theo Demikrasi menjadi
Monarci(Kerajaan/Dinasti) dan sekaligus memindahkan Ibu Kota Negara dari Kota
Madinah ke Kota Damaskus. Muawwiyah
lahir 4 tahun menjelang Nabi Muhammad SAW menjalankan Dakwah Islam di Kota
Makkah, ia beriman dalam usia muda dan ikut hijrah bersama Nabi ke
Yastrib. Disamping itu termasuk salah
seorang pencatat wahyu, dan ambil bagian dalam beberapa peperangan bersama
Nabi.
Pada dinasti Umayyah perluasan daerah
Islam sangat luas sampai ke timur dan barat. Begitu juga dengan daerah Selatan
yang merupakan tambahan dari Daerah Islam di zaman Khulafa ar Rasyidin yaitu:
Hijaz, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir.
Seiring dengan itu pendidikan pada
priode Danasti Umayyah telah ada beberapa lembaga seperti: Kuttab, Masjid dan
Majelis Sastra. Materi yang diajarkan
bertingkat-tingkat dan bermacam-macam.
Metode pengajarannya pun tidak sama.
Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang
tertentu.
Ø Pola Pendidikan Islam
Pada Priode Dinasti Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah pola
pendidikan bersifat desentrasi. Desentrasi artinya pendidikan tidak hanya
terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara otonom di
daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial. Sistem
pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu
yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik
dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya,
yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra,
seni baik itu seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara.
Pola pendidikan Islam pada periode
Dinasti Umayyah telah berkembang bila dibandingkan pada masa Khulafa ar
Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan
berkembangnya Khuttab serta Majelis Sastra.
Jadi tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah:
1.
Khuttab
Khuttab atau Maktab berasal dari kata
dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi Khuttab adalah
tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan
membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.
2.
Masjid
Setelah pelajaran anak-anak di khutab
selesai mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah yang dilakukan di
masjid. Peranan Masjid sebagai pusat
pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang
merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada
orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan.
Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan
tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran,
Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan
kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
Diantara jasa besar pada periode Dinasti
Umayyah dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan Masjid sebagai
pusat aktifitas ilmiah termasuk sya’ir. Sejarah bangsa terdahulu diskusi dan
akidah. Pada periode ini juga didirikan Masjid ke seluruh pelosok daerah Islam.
Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah selalu menjadi tumpuan
penuntut ilmu diseluruh dunia Islam dan tampak juga pada pemerintahan Walid ibn
Abdul Malik 707-714 M yang merupakan Universitas terbesar dan juga didirikan
Masjid Zaitunnah di Tunisia yang dianggap Universitas tertua sampai sekarang.
Pada Dinasti Umayyah ini, masjid sebagai
tempat pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu: tingkat menengah dan tingkat
tinggi. Pada tingkat menengah guru belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat
tinggi gurunya adalah ulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman dan
keahliannya. Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada murid-murid seorang
demi seorang, baik di Khuttab atau di Masjid tingkat menengah. Sedangkan pada
tingkat pelajaran yang diberikan oleh guru adalah dalam satu Halaqah yang
dihadiri oleh pelajar bersama-sama.
3.
Majelis
Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan
yang disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya
diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut M. Al Athiyyah Al Abrasy “Balai-balai
pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti diindahkan seseorang
yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis bersih dan rapi,
duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-bahak, tidak meludah,
tidak mengingus dan tidak menjawab kecuali bila ditanya. Ia tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur
kata dengan sopan dan memberi kesempatan pada sipembicara menjelaskan
pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata kasar dan tawa terbahak-bahak.
Dalam balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan untuk
dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan”.
4.
Pendidikan
Istana
Pendidikan
yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak khalifah dan para
pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan untuk
memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada
sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya
diatur oleh guru dan orang tua murid.
Pada
periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri
dan sekaligus memperluas daerah kerajaan tidak terlalu banyak memusatkan
perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan
terkemuka dalam berbagai cabang ilmu seperti yang dikemukana oleh Abd. Malik
Ibn Juraid al Maki dan cerita peperangan serta syair dan Kitabah.
Dibidang
syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian,
syairnya adalah:
Artinya : “Engkau adalah pengendara kuda yang paling
baik, engkau adalah orang yang pemurah di atas dunia ini”.
Periode
Dinasti Umayyah pada bidang pendidikan, adalah menekankan ciri ilmiah pada
Masjid sehingga menjadi pusat perkem\bangan ilmu pengetahuan tinggi dalam
masyarakat Islam. Dengan penekanan ini di Masjid diajarkan beberapa macam ilmu,
diantaranya syair, sastra dan ilmu lainnya.
Dengan demikian periode antara permulaan abad ke dua hijrah sampai akhir
abad ketiga hijrah merupakan zaman pendidikan Masjid yang paling cemerlang.
Nampaknya
pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah ini hampir sama dengan
pendidikan pada masa Khulafa ar Rasyiddin.
Hanya saja memang ada sisi perbedaan perkembangannya. Perhatian para Khulafa dibidang pendidikan
agaknya kurang memperhatikan perkembangannya sehingga kurang maksimal,
pendidikan berjalan tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang
memiliki pengetahuan yang mendalam. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang
dikeluarkan oleh pemerintah hampir tidak ditemukan. Jadi sistem pendidikan Islam ketika itu masih
berjalan secara alamiah karena kondisi ketika itu diwarnai oleh kepentingan
politis dan golongan.
Walaupun
demikian pada periode Dinasti Umayyah ini dapat disaksikan adanya gerakan
penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, tetapi
penerjemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu yang mempunyai kepentingan praktis,
seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni bangunan. Pada umumnya gerakan penerjemahan ini
terbatas keadaan orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas
dorongan negara dan tidak dilembagakan.
Menurut Franz Rosenthal orang yang pertama kali melakukan penerjemahan
ini adalah Khalid ibn Yazid cucu dari Muawwiyah.
Selain
kemajuan seperti di atas ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1. Ilmu
agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi
pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami
perkembangan pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu
segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid
ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu
segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu
yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia,
astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu
kedokteran.
v Pendidikan Islam Pada
Masa Bani Abbasiyah
Ø Sejarah Pendidikan
Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Sejak lahirnya agama islam, lahirlah
pendidikan dan pengajaran islam, pendidikan dan pengajaran islam itu terus
tumbuh dan berkembang pada masakhulafaurasyidin dan masa bani Umayyah. Pada
permulaan masa Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat
hebatnya di seluruh negara islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung
banyaknya, tersebar di kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda
berlomba-lomba untuk menuntut ilmu pengetahuan, pergi kepusat-pusat pendidika,
meninggalkan kampung halamannya karena cinta akan ilmu pengetahuan.Kerajaan
islam di Timur yang berpusat di Bagdad dan Cordova telah menunjukan dalam
segala cabang ilmu pengetahuan sehingga kalau kita buka lembaran sejarah dunia
pada masa keemasan, yang bermula dengan berdirinya kerajaan Abbasiyah di
Bagdad, pada tahun 750 M dan berakhir dengan kerajaanAbbasiyah pada tahun 1258
Masehi.
Ø Pendidikan Islam dan
Segala Aspeknya
Kekuasaan dinasti bani abbas,
sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti bani Umayyah. Dinamakan
khilafah Abbasiyah karena para pendiridan penguasa dinasti ini adalah keturunan
Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw,dinasti didirikan oleh Abdullah Alsaffah Ibnu
Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah IbnAl- Abbas.
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti
islam yang sempat membawa kejayaan umat islam pada masanya. Zaman keemasan
islam dicapai pada masa dinasti-dinasti ini berkuasa. Pada masa ini pula umat
islam banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan. Akibatnya pada
masa ini banyak para ilmuan dan cendikiawan bermunculan sehingga membuat ilmu
pengetahuan menjadi maju pesat.Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya
di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mum (813-833
M). Kekayaan yang dimanfaatkan Harun Arrasyid untuk keperluan sosial, rumah
sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan, pada masanya sudah
terdapat paling tidak sekittar 800 orang dokter. Disamping itu,
pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi
terwujud pada zaman khalifah ini.Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan,
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya.pada masa inilah Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara
terkuat dan tak tertandingi. Al- Ma’mun pengganti Al- Rasyid, dikenal sebagai
khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan
buku-buku asing digalakan, untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia mengkaji
penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut golongan lain yang
ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting
adalah pembangunan Bait Al-Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan
yang besar dan menjadi perpustakaan umum dan diberi nama ”DarulIlmi” yang
berisi buku-buku yang tidak terdapat di perpustakaan lainnya. Pada masa Al-Ma’mun
inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan,kekota inilah
para pencari datang berduyun-duyun, dan pada masa ini pula kotaBagdad dapat
memancarkan sinar kebudayaan dan peradaban islam keberbagai penjuru dunia.
Diantara bangunan-bangunan atau sarana
untuk penndidikan pada masa Abbasiyah yaitu:
1.
Madrasah yang terkenal
ketika itu adalah madrasah Annidzamiyah, yang didirikan oleh seorang perdana
menteri bernama Nidzamul Muluk (456-486M). Bangunan madrasah tersebut tersebar
luas di kota Bagdad, Balkan, Muro,Tabaristan, Naisabur dan lain-lain.
2.
Kuttab, yakni tempat
belajar bagi para siswa sekolah dasar dan menengah.
3.
Majlis Munadharah,
tempat pertemuan para pujangga, ilmuan, para ulama,cendikiawan dan para filosof
dalam menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang mereka geluti.
4.
Darul Hikmah, gedung
perpustakaan pusat.
Ø Tujuan Pendidikan Pada
Masa Abbasiyah
Pada masa Nabi masa khoilfah rasyidin
dan umayah, tujuan pendidikan satu saja, yaitu keagamaan semata. Mengajar dan
belajar karena Allah dan mengharap keridhoan-Nya. Namun pada masa abbasiyah
tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa
itu.
Tujuan
itu dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Tujuan keagamaan dan
akhlak
Sebagaiman
pada masa sebelumnya, anak-anak dididik dan diajar membaca atau menghafal
Al-Qur’an, ini merupakan suatu kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikut
ajaran agama dan berakhlak menurut agama.
b. Tujuan
kemasyarakatan
Para
pemuda pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya mereka dapat mengubah dan
memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yang penuh dengan kejahilan menjadi
masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju
masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu
yang diajarkan di Madrasah bukan saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan juga
diajarkan ilmu duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.
c. Cinta akan ilmu
pengetahuan
Masyarakat
pada saat itu belajar tidak mengaharapkan apa-apa selain dari pada memperdalam
ilmu pengetahuan. Mereka merantau ke seluruh negeri islam untuk menuntut ilmu
tanpa memperdulikan susah payah dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan
berjalan kaki atau mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan
jiwanya untuk menuntut ilmu.
d. Tujuan kebendaan
Pada
masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang layak dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau
memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, sebagaimana tujuan
sebagian orang pada masa sekarang ini.
Ø Kurikulum Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
a. Kurikulum pendidkan dasar
(kuttab), pelajarannya adalah:
1. Membaca Alqur’an dan
menghafalnya
2. Pokok-pokok
agama islam, seperti cara berwudhu, shalat, puasa, dsb
3. Menulis
4. Kisah atau
riwayat orang-orang besar islam
5. Membaca dan
menghafal syair-syair atau natsarl (prosa)
6. Berhitung
7. Pokok-pokok
nahwu dan sharaf ala kadarnya
b.
Kurikulum pendidikan menengah, pelajarannya adalah:
1. Alqur’an
8. mantiq
2. Bahasa Arab dan kesusastraanya 9. Ilmu falak
3. Fiqih
10. Tarikh (sejarah)
4. Tafsir
11. Ilmu-ilmu alam
5. Hadist
12. kedokteran
6.
Nahwu/sharaf/balagoh
13. musik
7. Ilmu-ilmu
pasti
c. Kurikulum pendidikan tinggi
Rencana pelajaran pada perguruan
tinggi islam, dibagi 2 jurusan, yaitu:
1. Jurusan ilmu-ilmu agama dan
bahasa serta sastra arab atau disebut ilmu-ilmu naqliyah
2. Jurusan ilmu-ilmu umum, atau
disebut ilmu aqliyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar