Pendidikan Pada Masa Rasulullah Dan
Khulafaurrasyidin
A. Pendidikan
Islam Pada Masa Rasulullah
Pendidikan Islam
pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode :
1.
Periode Makkah
2.
Periode Madinah
1.
Pendidikan Islam Pada Masa
Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad
SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M. Dalam
wahyu itu termaktub ayat al-Qur’an yang artinya : “Bacalah (ya Muhammad) dengan
nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan
pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya. Kemudian disusul
oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-Qur’an yang artinya : Hai orang yang
berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah
diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan
menyingsingkan lengan baju untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada
seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.
Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu
disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan
teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi. Setelah banyak orang memeluk Islam,
lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Di tempat itulah pendiikan islam
pertama dalam sejarah pendidikan Islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar
atau pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan
wahyu-wahyu (ayat-ayat) al-Qur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima
tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat)
bersama sahabat-sahabatnya.
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya
menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan
terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak
tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap
melakukan penyiaran Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga
mengajarkan al-Qur’an karena al-Qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok
ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada
umatnya. Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah
ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia, supaya
mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘aqliyah dan
ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam,
menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi :
1.
Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama
Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
2.
Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusia dari
segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3.
Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan
kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4.
Pendidikan Jasmani atau Kesehatan
Yaitu mementingkan kebersihan
pakaian, badan dan tempat kediaman.
2.
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
di Madinah
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah
Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan,
bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi
melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam Islam di Madinah adalah
sebagai berikut :
a.
Pembentukan dan pembinaan masyarakat
baru, menuju satu kesatuan sosial dan
politik
Nabi
Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu
padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat
lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah :
1.
Nabi Muhammad SAW mengikis habis
sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali
persaudaraan diantara mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula
diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan
lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
2.
Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha
dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu
di Makkah.
3.
Untuk menjalin kerjasama dan saling
menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur,
turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga
masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
4.
Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif
dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah
disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jum’at yang
dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir
seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari
Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at.
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih
mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu dari Allah untuk
memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah,
karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas. Setelah
selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara,
lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam
perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin,
tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap
Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum muslimin, disamping
itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut
kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW.
b.
Pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan.
Materi
pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya
diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama
periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur,
pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di
Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun kehidupan
bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c.
Pendidikan anak dalam Islam
Dalam Islam,
anak merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW
dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke
seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam al-Qur’an
berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain :
·
Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat
peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak)
dari kehancuran (api neraka).
·
Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat
agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya menghadapi tantangan hidup.
·
Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah
SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah
orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga
dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam
Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan
oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut :
1.
Pendidikan tauhid.
2.
Pendidikan shalat.
3.
Pendidikan adab sopan dan santun
dalam bermasyarakat.
4.
Pendidikan adab dan sopan santun
dalam keluarga.
5.
Pendidikan kepribadian.
6.
Pendidikan kesehatan.
7.
Pendidikan akhlak.
Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan Islam
periode kota Makkah dan kota Madinah :
·
Periode kota Makkah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di
kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan
nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka
terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
·
Periode kota Madinah
Pokok
pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan
sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah,
yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh
ajaran, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
3.
Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa
Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman
Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas
tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang
mengandung nilai-nilai pendidikan dan Rasulullah menyampaikan ajarannya dimana
saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada
yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan Islam. Dapat
dibedakan menjadi dua periode :
1.
Makkah
·
Materi yang diajarkan hanya berkisar
pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal
dengan sebutan sunnah dan hadits.
·
Materi yang diajarkan menerangkan
tentang kajian keagamaan yang menitik beratkan pada keimanan, ibadah dan
akhlak.
2.
Madinah
·
Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi
pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan
pendidikan Islam.
·
Materi pendidikan Islam yang
diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan
pengetahuan kemasyarakatan.
·
Metode yang dikembangkan oleh Nabi
adalah :
1.
Dalam bidang keimanan : melalui tanya
jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang
rational dan ilmiah.
2.
Materi ibadah : disampaikan dengan
metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah diikuti masyarakat.
3.
Bidang akhlak : Nabi menitik beratkan
pada metode peneladanan. Nabi tampil
dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam
ucapan maupun perbuatan.
4.
Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang
Pendidikan
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik,
Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta
sesuai dengan situasi dan kondisi. Proses pendidikan pada zaman Rasulullah
berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian
belum dimungkinkan, karena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai
pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam
bayang-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir Quraisy. Selama di Makkah
pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya
yang terkenal adalah rumah al-Arqam. Langkah yang bijak dilakukan Nabi Muhammad
SAW pada tahap awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk
menampakkan keislamannya dalam berbagai hak.
Tidak menemui mereka kecuali dengan cara
sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka. Setelah masyarakat Islam terbentuk di
Madinah, barulah pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka
secara umum. Dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di
Madinah adalah :
1.
Membangun masjid di Madinah. Masjid
inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
2.
Mempersatukan berbagai potensi yang
semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam
dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam
tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.
B. Pendidikan
Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Tahun-tahun pemerintahan khulafaurrasyidin merupakan
perjuangan terus-menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan
yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafaurrasyidin seakan-akan
kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan Islam masih tetap memantulkan
al-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai
negeri lain yang ditaklukan oleh orang-orang Islam. Berikut penguraian tentang
pendidikan Islam pada masa khulafaurrasyidin :
1.
Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada
masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi
pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar
membaca, menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan
yang dibentuk setelah masjid. Selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa
Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran
pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik
adalah para sahabat Rasul terdekat. Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid
dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga
pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca al-Qur’an dan lain
sebagainya.
2.
Masa Khalifah Umar bin Khattab
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin
Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota
Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar
serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan
itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya. Adapun
metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid
melingkarinya.
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin
Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan
stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai
pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di
berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa,
menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang
berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan
pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik
waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
3.
Masa Khalifah Usman bin Affan.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan
pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa
ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan
yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar,
diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai.
Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di
daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini
lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin
menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak,
sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk
memberikan pendidikan kepada masyarakat. Tugas mendidik dan mengajar umat pada
masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat
guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya
dengan mengharapkan keridhaan Allah.
4.
Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan
pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil.
Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam
mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan
masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam. Adapun pusat-pusat
pendidikan pada masa khulafaurrasyidin antara lain :
1.
Makkah.
2.
Madinah.
3.
Basrah.
4.
Kuffah.
5.
Damsyik (Syam).
6.
Mesir.
5.
Kurikulum Pendidikan Islam Masa
Khulafaurrasyidin (632-661M/12-41 H)
Sistem
pendidikan Islam pada masa khulafaurrasyidin dilakukan secara mandiri, tidak
dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa khalifah Umar bin Khattab yang
turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab. Materi
pendidikan Islam yang diajarkan pada masa khalifah al-Rasyidin sebelum masa
Umar bin Khattab, untuk pendidikan dasar :
1.
Membaca dan menulis.
2.
Membaca dan menghafal al-Qur’an.
3.
Pokok-pokok agama Islam, seperti
cara wudhu, shalat, shaum dan sebagainya.
Ketika Umar
bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota
agar anak-anak diajari :
1.
Berenang.
2.
Mengendarai unta.
3.
Memanah.
4.
Membaca dan menghapal syair-syair
yang mudah dan peribahasa.
Sedangkan
materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari :
1.
Al-qur’an dan tafsirnya.
2.
Hadits dan pengumpulannya.
3.
Fiqh (tasyri’).
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa, 2005.
Langgulung, Hasan, Asas-asas
Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.
Nata, Abuddin, Pendidikan Islam
Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005.
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992.
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008
- Henny Dwi Mulyaningsih (0901055242)
- Umi Patiah (0901055216)